Suatu hari aku berjalan di pelataran, aku melihat ombak kemudian berlari dengan penuh kegembiraan. Tersibak wajahku oleh angin yang berhembus dan dedauan yang bertebaran.
Aku bahagia!
Saat kemudian ku putuskan membangun istana pasir untuk melengkapi segalanya. Celah demi celah ku susun nyaris sempurna. Maka jadilah istana pasir yang ku damba.
Tak ku sangka semua orang turut bergembira. Satu persatu dari mereka meminta izin untuk bermain bersama. Ku persilahkan dengan wajah sumringah. Alhasil mereka menyukaiku!
Hingga saat senja satu persatu dari mereka meninggalkan. Aku kembali sendirian. Kini merasa sepi sendiri; aku menatap istana pasirku yang masih dengan kokoh berdiri. Pikirku “Tak apalah mereka pergi; toh istana pasir ini tetap menemani hingga kedatangan mereka kembali.”
Akupun tertidur; sesekali mendengkur. Namun saat terbangun aku tersungkur. Karena betapa kagetnya melihat istana pasirku telah gugur.
Bahagia ku hilang!
Tak kenal lelah maka untuk kudapati bahagia yang sama aku kembali memintai istana pasir yang tampak indah. Bahkan lebih indah dari yang sebelumnya.
Selanjutnya aku mendapatkan perlakuan yang nampak seperti hari sebelumnya. Mereka menghampiriku dengan suka cita. Kami tertawa; hingga tiba akhirnya mereka kembali melangkah pergi entah ke mana. Meninggalkan tanpa kata.
Belajar dari hari kemarin maka ku jaga istana pasir. Serangga yang menghampiri kan ku usir agar segera menyingkir. Ku halangi pula deru ombak yang melipir.
Merasa penat dan kantuk menghadang maka aku berpikir “Haruskah disetiap waktu yang bergulir aku tetap menjaga istana pasir?”
Ketiduran!
Saat terbangun dari lelap aku meratap. Menatap istana pasir ku yang kembali lenyap. Aku meracau “Kenapa bahagia hanya sekadar hinggap dan tak menetap? Tak pernah tetap seperti apa yang selama ini ku harap.”
Maka pagi itu ku bangun istana pasir sekali lagi. Tetap mengharap bahagia namun didalam lubuk hati merasa hampa. Aku tahu ini usaha bahagiaku; dan aku mendapatkan apa yang kumau.
Untuk seterusnya akan ku bangun istana pasir tanpa mengeluh. Hari demi hari ku dapatkan bahagia yang semu. Tapi aku bahagia! Apa salahnya? Ya aku bahagia; merasakan point utama dalam kehidupan ku sebagai manusia.
Aku bahagia tapi di dalam lubuk hati merasa hampa, karena aku tahu bahagiaku tak akan lama.
Karena tak ada yang sebenar-benarnya ketetapan didalam kehidupan. Yang ada ialah keabadian setelah kematian. Maka ya Allah bimbinglah kami agar dapat meraih kebahagiaan abadi, Aamiin Ya Allah Ya Rabbal’alamin.
Via : Diah Jufri
#EnlightenmentReflection
#MaskamUndip
~Nyaman Bersama Maskam~